15 November 2012

Penjelasan Pengertian Aswaja



Penjelasan Pengertian Aswaja
Konsep ASWAJA (Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah) selama ini masih belum dipahami secara tuntas, sehingga menjadi bahan “rebutan” setiap golongan. Semua kelompok mengaku dirinya sebagai penganut ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. Tidak jarang, label itu digunakan untuk kepentingan sesaat. Jadi, apakah yang dimaksud dengan Aswaja sebenarnya?

Dalam istilah masyarakat Indonesia, ASWAJA adalah singkatan dari Ahlissunnah Wal Jama’ah. Ada tiga kata yang membentuk istilah tersebut.
a.    AHL, berarti keluarga, golongan atau pengikut.
b.    AL – SUNNAH, yaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.maksudnya, semua yang datang dari Nabi SAW, berupa perbuatan, ucapan dan pengakuan Nabi SAW. (Fath al-Baari juz XII hal 245)
c.    AL- JAMAAH, yakni apa yang telah disepakati para sahabat Nabi SAW pada masa Kulafaur Rasyidin
Kata jamaah ini diambil dari sabda Nabi SAW:
“ Barang siapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai di surga, maka hendaklah ia mengikuti al jamaah (kelompok yang menjaga kebersamaan)”, (HR. Al Tirmidzi (2091), dan Al Hakim ( 1 / 77-78) yang menilainya Sahih dan disetujui oleh Al Hafidz Al Dzahabi). Al-Mustadrak juz I, hal 77-78.
Sebagaimana juga telah disebutkan oleh Syaikh Abdul Qodir Al Jilani ( 471 – 561 H / 1077 – 4166 M )  dalam Al – ghunyah li thalibi thariq al – haqq, juz 1, hal. 80, bahwa Al – Sunnah adalah apa yang telah diajarkan oleh Rosulullah SAW (meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan beliau).sedangkan Al – Jamaah  adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan para sahabat nabi SAW pada masa khulafaur Rasyidin yang empat, yang telah diberi hidayah Radliyallahu ‘anhum.
Lebih jelas lagi, hadrotus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari (1287-1336 H / 1871 – 1947 M) menyebutkan dalam kitabnya Ziyadat Ta’liqat, (hal .23 – 24 ) bahwa “ adapun ahli sunnah wal jamaah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadist, dan ahli fiqih.merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi SAW dan sunnah khulafaur Rasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat ( Al firqoh Al najiyyah ). Mereka mengatakan bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam madzhab yang empat, yaitu pengikut madzhab Hanafi, Syafi’I, Maliki dan Hanbali”.
Dari definisi ini, dapat dipahami bahwa Ahlusunnah Wal Jamaah bukanlah aliran baru yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang menyimpang dari ajaran Islam yang haqiqi. Tetapi Ahlu Sunnah Wal Jamaah adalah Islam yang murni sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi SAW dan sesuai dengan apa yang telah digariskan serta diamalkan oleh para sahabatnya.
Kaitannya dengan pengamalan tiga sendi utama ajaran Islam dalam kehidupan sehari – hari, golongan Ahli Sunnah wal Jamaah mengikuti rumusan  yang telah digariskan oleh ulama salaf. Yakni :
(1)    Dalam bidang Theology ( Aqidah / Tauhid) tercerminlah dalam rumusan yang digagas oleh imam al Asy’ari dan imam al Maturidi.
(2)    Dalammdzhab fiqih terwujud dengan mengikuti madzhab empat, yakni madzhab al Hanafi, al Syafi’I, al Maliki dan al Hanbali.
(3)    Dalam tashawwuf mengikuti imam al Junaidi al Baghdadi dan imam al Ghazali.
Sebagai pembeda dengan yang lain, ada tiga ciri aswaja, yakni tiga sikap yang selalu diajarkan oleh Nabi SAW dan para sahabatnya yaitu :
(1)    Al Tawasshuth (sikap tengah – tengah, sedang – sedang, tidak ekstrim kiri ataupun kanan).Disarikan dari firmanAllah SWT:
“Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian( umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian.” (QS. Al – Baqarah:143).
(2)    Al  Tawazun, (seimbang dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan dalil ‘aqli maupun naqli.Firman Allah :
“ Sungguh kami telah mengutus Rasul – rasuil kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata, dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca” (QS. Al – Hadid: 25).
(3)    Al I’tidal (Tegak lurus ).Dalam  Al Qur’an Allah SWT berfirman:
“ Wahai orang – oaring yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang – orang yang tegak membela ( kebenaran ) karena Allah menjadi saksi ( pengukur kebenaran)yang adil.Dan janganlah kebencian kamu pada suatu qaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Aallah maha melihat pa yang kamu kerjakan” (QS. Al Maidah: 08 ).
Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahli Sunnah Wal Jamaah juga mengamalkan sikap tasammuh ( toleransi). Yakni menghargai perbedaan serta menghurmati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah SWT:
“ Maka berbicaralah kamu berdua ( Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya ( Fir’aun) dengan kata – kata yang lemah lembut, mudah – mudahan ia ingat atau takut.”(QS. Thaha: 44 ).
Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada nabi Musa AS dan Nabi Harun AS, agar berkata dan bersikap baik kepada Fir’aun.Al Hafidz Ibnu Katsir ( 701 – 774 H / 1302 – 1373 M ) ketika menjabarkan ayat ini mengatakan, “ Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS kepada Fir’aun, adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan suipaya lebih menyentuh hati, lebih dapat diterima dan lebih berfaidah”.(Tafsir Al – Qur’an Al Azhim, Juz 3,hal 206).
Oleh: KH. Muhyiddin Abdusshomad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar