Penampilannya
Penampilan beliau sederhana dan apa adanya. Beliau tidak
pernah neko-neko. Karena begitu sederhananya, kadang orang tidak mengira bahwa
beliau adalah seorang kyai. Di balik kesederhanaan beliau tersimpan lautan ilmu
yang begitu luas. Kiprah beliau di masyarakat sudah tidak diragukan lagi. Gaya
bicara beliau yang tegas dan lugas menjadi salah satu ciri khas beliau.
Kyai Marzuki lahir di kota Blitar, 43 tahun yang lalu.
Sungguh beruntung Kyai Marzuki karena dilahirkan dalam keluarga yang taat
beribadah sekaligus mengerti agama. Ya, abahnya adalah seorang kyai. Alhasil,
sejak kecil Kyai Marzuki dibesarkan dan dididik oleh kedua orang tua beliau
dengan disiplin ilmu yang tinggi. Di bawah pengawasan orang tua beliau inilah
putra dari Kyai Mustamar dan Nyai Siti Jainab ini mulai belajar
al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama.
Selain dididik disiplin ilmu yang tinggi, ternyata beliau waktu kecil sudah dididik tentang kemandirian agar memiliki etos kerja yang tinggi dengan cara memelihara kambing dan ayam petelur milik Bu Lik Umi Kultsum. Dengan memelihara kambing dan ayam petelur inilah, beliau mendapat pelajaran bagaimana membimbing umat islam, dan bagaimana menjadi pemimpin.
Selain dididik disiplin ilmu yang tinggi, ternyata beliau waktu kecil sudah dididik tentang kemandirian agar memiliki etos kerja yang tinggi dengan cara memelihara kambing dan ayam petelur milik Bu Lik Umi Kultsum. Dengan memelihara kambing dan ayam petelur inilah, beliau mendapat pelajaran bagaimana membimbing umat islam, dan bagaimana menjadi pemimpin.
Latarbelakang Pendidikannya
Saat duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah sampai sebelum
belajar di Malang, anak kedua dari delapan bersaudara ini mulai belajar
ilmu nahwu, shorof, tasawuf dan ilmu fikih kepada Kyai Ridwan dan
Kyai-Kyai lain di Blitar. Sejak SMP, beliau diminta mengajar Al-Qur’an dan
kitab-kitab kecil lainnya kepada anak-anak dan tetangga beliau. Pada usia yang
masih belia tersebut, beliau sudah mengkhatamkan dan faham kitab Mutammimah
pada saat beliau kelas 3 SMP.
Selepas dari SMP Hasanuddin, beliau melanjutkan ke Madrasah
Aliyah Negeri Tlogo Blitar. Kyai Marzuki muda merupakan pemuda yang beruntung
sebab di usia beliau yang masih belia itu, beliau sudah mendalami ilmu agama ke
beberapa orang kyai di Blitar. Di antaranya, beliau mendalami ilmu balaghoh
dan ilmu mantek kepada Kyai Hamzah. Mendalami ilmu fikih kepada Kyai Abdul
Mudjib dan ngaji Ilmu Hadits kapada Kyai Hasbullah Ridwan.
Ketika beliau duduk di bangku Aliyah, beliau sudah khatam
kitab Hadits Muslim dan kitab-kitab kecil lainnnya. Sebelum beliau belajar di
Malang, selama di Blitar yang mengajar beliau adalah Orangtua beliau, Kyai
Hasbullah Ridwan yang masih eyang beliau, Kyai Hamzah dan Kyai Mujib adalah
guru beliau di MAN Tlogo.
Setamat dari MAN Tlogo pada tahun 1985, kyai kelahiran 22
September 1966 ini melanjutkan jenjang pendidikan formalnya di IAIN (sekarang
UIN Maulana Malik Ibrahim) Malang, yang waktu itu masih merupakan cabang IAIN
Sunan Ampel Surabaya. Untuk menambah ilmu agama yang sudah beliau dapat, Kyai
yang juga Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang ini nyantri kepada Kyai Masduki
Mahfudz di Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono. Mengetahui kecerdasan dan
keilmuan Kyai Marzuki yang di atas rata-rata santrinya yang lain, akhirnya Kyai
Masduki memberi amanah kepada Kyai Marzuki untuk membantu mengajar di
pesantrennya, meskipun saat itu Kyai Marzuki masih berusia 19 tahun. “Saat itu
saya diminta untuk mengajar kitab Fathul Qorib bab buyuu’ (jual-beli),” Kenang
kyai yang juga Dosen Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
ini.
Berguru pada KH. Masduqi
Mahfudz
Selain itu, Kyai Marzuki juga beruntung, karena beliau
seringkali diminta untuk mendampingi dakwah Kyai Masduki saat mengisi
pengajian maupun dalam rapat-rapat organisasi kemasyarakatan. Dari sinilah Kyai
marzuki mulai mengetahui betapa beratnya tugas seoarang ulama dalam mengayomi
ummat. Dari gurunya yang juga Rois Syuriah NU Wilayah Jawa Timur itu, Kyai
Marzuki belajar akan keistikomahan menjadi seorang guru. Kyai Masduki
Mahfud itu meskipun pulang malam hari dari mengisi pengajian, beliau selalu
membangunkan para santrinya untuk mengaji,” ungkap Kyai Marzuki.
Salah satu kelebihan beliau, saat masih duduk di bangku
kuliah, Kyai Marzuki sudah biasa memberikan kursus nahwu kepada mahasiswa
yuniornya. Namun, ternyata, banyak juga mahasiswa yang tidak hanya belajar
nahwu, namun juga mengaji kitab kepadanya. Dengan begini, keilmuan beliau
semakin terasah. Kemudian pada tahun 1987 Kyai berputra tujuh ini mendapatkan
kesempatan belajar di LIPIA Jakarta. Setelah menempuh dua tahun masa
studinya di sana, Kyai Marzuki kembali ke Malang untuk membantu mengajar di
pesantren Nurul Huda, Mergosono dan melanjutkan kuliah S-1.
Membangun Rumah Tangga dan
Pesantren
Pada tahun 1994, Kyai Marzuki memulai hidup baru. Beliau
mempersunting salah seorang santriwati Pondok Nurul Huda yang bernama
Saidah. Sang istri merupakan putri Kyai Ahmad Nur yang berasal dari Lamongan.
Kyai Marzuki sangat bersyukur sekali sebab gadis yang menjadi pendamping hidup
beliau adalah seorang hafidzoh (hafal Al-qur’an).
Selang satu bulan setelah menikah, Kyai Marzuki bersama
istri mencoba mengadu nasib dan hidup mandiri. Saat itu Kyai Marzuki
memilih daerah Gasek, Kecamatan Sukun sebagai tempat jujugan beliau. Pada
mulanya, beliau mencari rumah kontrakan yang dekat dengan masjid. Dan akhirnya,
beliau ngontrak di rumah salah seorang warga yang bernama pak Har. Setelah
segala sesuatunya dianggap cukup, Kyai Marzuki akhirnya menempati tempat yang
baru. Pada saat beliau boyongan, tak lupa santri-santri Pondok Nurul Huda ikut
mengantarkan Kyai Marzuki boyongan ke tempat barunya dan membantu usung-usung
barang-barang dan kitab-kitab guru mereka.
Tanpa diduga sebelumnya, pada hari pertama beliau menempati
rumah itu, ternyata sudah banyak santri yang datang mengaji kepada beliau. Di
rumah yang sederhana itulah Kyai Marzuki mengajar para santri beliau. Mereka
yang waktu itu belajar merupakan cikal bakal santri dan pesantren beliau yang
kini menjadi benteng utama umat di wilayah Gasek. Karena santrinya semakin
bertambah banyak maka rumah beliau tidak memadai sebagai tempat belajar mereka.
Namun, alhamdulillah, Allah SWT memberikan jalan. Waktu itu di daerah Gasek
sudah ada Yayasan Sabilurrosyad yang sudah memiliki lahan luas. Namun, setelah
beberapa tahun didirikan Yayasan ini belum bisa berkiprah secara optimal.
Akhirnya Kyai Marzuki bekerjasama dengan Yayasan Sabilurrosyad mendirikkan
sebuah pesantren dengan Nama Sabilurrosyad.
Aktivitasnya
Selain sibuk membimbing para santri, kyai yang pernah
menjabat sebagai Ketua Jurusan Bahasa Arab Universitas Islam Malang ini juga
disibukkan dengan urusan ummat. Tiada hari tanpa memberikan pengajian atau
mauidzhoh kepada umat. Mulai mengisi pengajian dari masjid ke majid, blusukan
keliling kampung dan lain sebagainya. Saat ini, Kyai Marzuki juga aktif di
berbagai organisasi kegamaan di antara sebagai Ketua Tanfidiyah PCNU Kota
Malang dan anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang. Kedalaman ilmunya sangat
dirasakan oleh umat. Sebagai contoh beliau menyusun sebuah kitab, tentang
dasar-dasar atau dalil-dali amaliyah yang dilakukan oleh warga nahdhiyyin.
Melalui kitab ini, Kyai Marzuki ingin membuka mata umat bahwa amalan mereka ada
dasar hukumnya, sekaligus menjawab tuduhan-tuduhan orang-orang yang tidak
setuju dengan sebagian amaliayh warga Nahdhiyyin. Saking hebat dan lugasnya
beliau menerangkan itu semua, sampai-sampai Kyai Baidhowi, Ketua MUI Kota
Malang memberi julukan “Hujjatu NU”. “Kalau Imam al-Ghozali dikenal sebagai
Hujjatul Islam, maka Kyai Marzuki ini Hujjatu NU” Demikian pernyataan Kyai
Baidhowi dalam beberapa kesempatan.
Meski kegiatan beliau sangat padat, namun, Kyai yang juga
penasehat FKUB ini tetap berusaha untuk menjadi orangtua yang baik. Beliau
begitu dekat dan akrab dengan anak-anak beliau yang masih kecil-kecil itu. Tak
jarang pula, beliau ikut mengantarkan atau menjemput putra putri beliau
sekolah. Dari hasil pernikahan dengan Bu Nyai Saidah, Kyai marzuki dikaruniai
tujuh orang putra. Dua laki-laki dan lima perempuan. Semua putra putrinya
disekolahkan di SD Sabilillah Blimbing. Kecerdasan Kyai Marzuki sepertinya
menurun kepada putra-putrinya, terbukti dengan nilai mereka yang seringkali
mendapat nilai sempurna termasuk pelajaran eksakta. Bahkan beberapa waktu yang
lalu putri beliau menjadi juara Olimpiade Matematika di Yogyakarta.
Kelebihannya, Five in One
Paling tidak, ada 5 kelebihan yang dimiliki oleh beliau yang
sulit ditemukan pada orang lain, yaitu (1) kekuatan hafalannya, (2) kejelasan
dan keruntutan dalam penyampaian materi kepada jamaah, (3) kedalaman pemahaman
agamanya, (4) kekuatan logika dan analogi berfikirnya/mantiq, (5) mampu
beradaptasi dalam ceramahnya dengan kalangan apapun, dari kaum kampungan sampai
sarjana.
Biodata KH. Marzuqi
Nama : KH. Marzuki
Mustamar
TTL : Blitar, 22 September 1966
Alamat : PP. Sabilurrosyad Gasek Malang Telp.(0341) 564446
TTL : Blitar, 22 September 1966
Alamat : PP. Sabilurrosyad Gasek Malang Telp.(0341) 564446
Pendidikan:
1. TK Muslimat Karangsono Kanigoro, Blitar tahun 1972
2. MI. Miftahul ‘Ulum, Tahun 1979
3. SMP Hasanuddin, Tahun 1982
4. MAN Tlogo, Tahun 1985
5. PP. Nurul Huda, Mergosono
6. LIPIA Jakarta, Tahun 1988
7. S-1 IAIN Malang, Tahun 1990
8. S-2 UNISLA Tahun, 2004
1. TK Muslimat Karangsono Kanigoro, Blitar tahun 1972
2. MI. Miftahul ‘Ulum, Tahun 1979
3. SMP Hasanuddin, Tahun 1982
4. MAN Tlogo, Tahun 1985
5. PP. Nurul Huda, Mergosono
6. LIPIA Jakarta, Tahun 1988
7. S-1 IAIN Malang, Tahun 1990
8. S-2 UNISLA Tahun, 2004
Istri: Hj. Saidah
Putra-Putri:
1. Habib Nur Ahmad
2. Diana Nabila
3. Millah Shofiya
4. M. ‘Izzal Maula
5. ‘Izza Nadila
6. Rossa Rahmania
7. Dina Roisah Kamila
Putra-Putri:
1. Habib Nur Ahmad
2. Diana Nabila
3. Millah Shofiya
4. M. ‘Izzal Maula
5. ‘Izza Nadila
6. Rossa Rahmania
7. Dina Roisah Kamila
Jabatan:
1. Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang 2 periode
2. Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad
3. Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang
4. Dosen Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
5. Penulis tetap di Media Ummat rubrik Mutiara Hadits dan Tanya Jawab
1. Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang 2 periode
2. Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad
3. Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang
4. Dosen Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
5. Penulis tetap di Media Ummat rubrik Mutiara Hadits dan Tanya Jawab
6. Imam dan khotib, pemateri
pengajian tetap Masjid Agung Jami’ Malang
7. Imam dan khotib, pemateri pengajian tetap
masjid Sabililillah Malang dan banyak masjid besar lainnya
Berikut ini kumpulan ceramah KH. Marzuqi Mustamar (MP3) yang bisa di download:
10 episode Kajian Kitan LI Ahli Bidayat KH Marzuki Mustamar
Ceramah tematik beliau di beberapa tempat bisa juga didownload di Disini
Ceramah asli beliau tentang Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) yang menghebohkan itu
Mohon maaf, rekaman yang kami upload masih belum lengkap dan urut, karena keterbatasan jaringan internet dan kelengkapan file yang kami miliki. Kami berupaya terus untuk menyajikan yang terbaik dari ceramah-ceramah KH. Marzuki Mustamar, insyaallah. Kami juga mohon maaf belum sempat melakukan editing konten, sehingga masih ada ceramah beliau yang menyinggung kelompok Islam yang lain. Sebenarnya semua ceramah di atas disampaikan dalam forum terbatas (pengurus NU, santri dan alumni, jamaah khusus) dan sama sekali tidak diniatkan untuk menyerang kelompok lain. Hal itu karena gaya beliau yang humoris, tegas, ceplas-ceplos, interaktif dengan jamaah, sehingga subyektifitas muncul tanpa disengaja. Kami yakin selama pendengar memiliki niat yang tulus untuk belajar, pasti akan menikmati dan selalu berhusnuzzon.
Berikut ini kumpulan ceramah KH. Marzuqi Mustamar (MP3) yang bisa di download:
10 episode Kajian Kitan LI Ahli Bidayat KH Marzuki Mustamar
Ceramah tematik beliau di beberapa tempat bisa juga didownload di Disini
Ceramah asli beliau tentang Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) yang menghebohkan itu
Mohon maaf, rekaman yang kami upload masih belum lengkap dan urut, karena keterbatasan jaringan internet dan kelengkapan file yang kami miliki. Kami berupaya terus untuk menyajikan yang terbaik dari ceramah-ceramah KH. Marzuki Mustamar, insyaallah. Kami juga mohon maaf belum sempat melakukan editing konten, sehingga masih ada ceramah beliau yang menyinggung kelompok Islam yang lain. Sebenarnya semua ceramah di atas disampaikan dalam forum terbatas (pengurus NU, santri dan alumni, jamaah khusus) dan sama sekali tidak diniatkan untuk menyerang kelompok lain. Hal itu karena gaya beliau yang humoris, tegas, ceplas-ceplos, interaktif dengan jamaah, sehingga subyektifitas muncul tanpa disengaja. Kami yakin selama pendengar memiliki niat yang tulus untuk belajar, pasti akan menikmati dan selalu berhusnuzzon.
Tapi kenapa kyai yang diunggulkan itu, kok tidak pernah mengajarkan kitab shahih bukhori, muslim dll. Kenapa juga tidak ditulis menganut aqidah imam syafii tapi ngaku syafiiyah. Berarti dia tidak berkenan dengan aqidah imam syafii meski mengaku madzhab syafii
BalasHapus