aimana yang termuat pada http://www.tempo.co/read/
Bahkan ada pula yang menyebarluaskan fitnah seperti "Sekitar tahun 80-an Buya Hamka rahimahullah, sebagai Ketua MUI, telah menetapkan fatwa haramnya ucapan Natal. Fatwa itu terus menjadi pegangan MUI, sampai saat ini" sebagaimana contohnya yang termuat pada http://
Sebelumnya kaum SEPILIS (Sekulaerisme, Pluralisme, Liberalisme) menyebarluaskan fitnah bahwa Buya Hamka menerima paham pluralisme sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tulisan pada http://
Buya Hamka kepada Presiden Suharto sendiri pada tanggal 21 September 1975, yang baru 20 hari menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia telah menerangkan di hadapan kurang lebih 30 orang Utusan Ulama yang hadir, bahwa Islam mempunyai konsepsi yang terang dan jelas di dalam surat Al-Mumtahinah ayat 7 dan 8, bahwa tidak dilarang oleh Al-Qur’an orang Islam itu hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Orang Islam disuruh berlaku adil dan hidup rukun dengan mereka asal saja mereka itu tidak memerangi kita dan mendesak kita untuk keluar dari tanah air kita sendiri. Artinya sejak MUI berdiri dia telah menerima anjuran pemerintah tentang kerukunan hidup beragama. Dan ini telah berjalan baik. Tetapi belum ada patokan dan batas-batas tentang mana yang akan kita rukunkan dan mana yang akan kita damaikan.
Buya Hamka dalam tulisan yang dimuat di rubrik “Dari Hati ke Hati” Majalah Panji Masyarakat No 324 tahun 1981 sebagaimana yang temuat pada http://
****** awal kutipan *****
Bolehkah orang Islam bersama orang Kristen merayakan Hari Natal? Demi kerukunan hidup beragama? Dan tentu ada orang yang ingin bertanya: Bolehkah orang Kristen-demi kerukunan hidup beragama merayakan pula hari Raya ’Idul Fitri dan Idul ’Adha dengan ummat Islam?
Kalau direnungi lebih dalam, hari Natal bagi orang Kristen ialah memperingati dan memuliakan kelahiran Yesus Kristus yang menurut kepercayaan Kristen Yesus itu adalah Tuhan dan anak Tuhan. Dia adalah SATU dari TIGA TUHAN atau TRINITAS. Bila orang Islam turut sama-sama merayakannya, bukanlah berarti meyakini pula bahwa Yesus itu adalah Tuhan, atau satu dalam yang bertiga, atau tiga oknum dalam satu.
……………
Sekarang keluar FATWA dari ulama-ulama, bukan dari Majelis Ulama saja, melainkan disetujui juga oleh wakil-wakil dari Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan perkumpulan-perkumpulan Islam lainnya, bahkan juga dari Majelis Da’wah Islam (yang berafiliasi dengan Golkar) dalam pertemuan itu timbul kesatuan pendapat bahwa orang Islam yang turut dalam perayaan Natal itu adalah mencampuradukkan ibadat, menyetujui aqidah Kristen, menyatakan Nabi Isa Almasih ’alaihis salam sebagai Tuhan.
Dan di dalam logika tentunya sudah dapat dipahami, bahwa hadir di sana ialah menyatakan persetujuan pada ’amalan itu, apatah lagi jika turut pula membakar lilin, sebagai yang mereka bakar, atau makan roti yang menurut `aqidah Kristen jadi daging Yesus, dan air yang diminum menjadi darah Yesus! Maka orang Islam yang menghadirinya itu oleh ayat: (Barangsiapa menyatakan persetujuan dengan mereka, termasuklah dia dalam golongan mereka) (Al-Maidah: 51).
Apakah konklusi hukum dari yang demikian itu, kalau bukan haram?
Maka bertindaklah ”Komisi fatwa, dari Majelis Ulama Indonesia, salah seorang ketua Al Fadhil H.Syukuri Gazali merumuskan pendapat itu dan dapatlah kesimpulan bahwa turut merayakan Hari Natal adalah Haram!”
Masih lunak. Karena kalau diperhatikan isi ayat Al-Maidah 51 itu, bukan lagi haram, bahkan kafir.
****** akhir kutipan ******
Jelas yang diharamkan adalah turut merayakan Natal bukan ucapan selamat Natal , sebagaimana fatwa MUI yang dikutip berikut ini
***** awal kutipan *****
MEMUTUSKAN
MEMFATWAKAN :
1. Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa AS, akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
2. Mengikuti upacara Natal bersama bagi umat Islam hukumnya haram.
3. Agar umat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan Natal.
Ditetapkan : Jakarta, 1 Jumadil Awal 1401 H
7 Maret 1981 M
KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua Sekretaris
ttd ttd
K.H. M. Syukri Ghozali Drs. H.Mas’udi
Sumber Buku “Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975”
****** akhir kutipan ******
Begitupula Mufti Mesir, Ali Jum'ah pada tahun 2008 sebagaimana diberitakan oleh islam-online.net mengeluarkan pernyataan
***** awal kutipan ****
مفتي مصر: تهنئة غير المسلمين بأعيادهم بر جائز
القاهرة- أكد الدكتور علي جمعة مفتي مصر أن تهنئة النصارى وغيرهم من أهل الكتاب بأعيادهم جائزة، معتبرا أنها "من البر" الذي لم ينه الله عنه، شريطة ألا يشارك مقدم التهنئة فيما تتضمنه الاحتفالات بتلك الأعياد من "أمور تتعارض مع العقيدة الإسلامية".
وردا على سؤال في هذا الشأن لـ"إسلام أون لاين.نت" قال الدكتور جمعة: "إن تهنئة غير المسلمين بالمناسبات الاجتماعية والأعياد الدينية الخاصة بهم، كعيد ميلاد السيد المسيح، ورأس السنة الميلادية جائز... باعتبار أن ذلك داخل في مفهوم البر، وتأليف القلوب".
واعتبر أن هذه التهنئة داخلة في قول الله تعالى: {لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ}
Artinya:
Mufti Mesir: Ucapan Selamat pada Hari Raya Non-Muslim itu Boleh dan Baik
Kairo (Mesir) - Mufti Mesir Dr. Ali Jum'ah menegaskan bahwa mengucapkan selamat pada umat Kristiani dan ahli kitab lain itu boleh. Bahkan menganggap itu hal yang baik yang tidak dilarang oleh Allah dengan syarat tidak ikut bergabung dalam perayaannya terutama yang terkait dengan perkara yang bertentangan dengan akidah Islam.
Menjawab pertanyaan dari islam-online.net, Ali Jumah berkata: "Mengucapkan selamat pada non-muslim berkenaan dengan perayaan sosial dan agama mereka seperti Natal Nabi Isa dan Tahun Baru masehi itu boleh." Hal itu masuk dalam kategori baik dan melunakkan hati.
Ali Jumah menganggap mengucapkan selamat termasuk dalam firman Allah dalam QS Al-Mumtahanah 60:8 (yang artinya): "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."
***** akhir kutipan *****
Jadi pada hakikatnya umaro (penguasa), pemimpin ulama atau publik figur yang muslm mengucapkan "selamat natal" dalam arti "silahkan merayakan natal" karena memang kita diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap mereka.
Sebagaimana contoh yang termuat pada Piagam Madinah
***** awal kutipan *****
Pasal 16
Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang olehnya.
Pasal 25
Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarga.
****** akhir kutipan *****
Ketentuan pada pasal 25 berlaku pula pada kaum Yahudi dari Banu Najjar , Banu Hars , Banu Sa’idah, Banu Jusyam, Banu Al-‘Aws, Banu Sa’labah, Banu Jafnah, Banu Syutaibah dan lainnya sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 25,26,27,28,29,30,31,32,33
Hal yang perlu kita ingat bahwa agama-agama selain agama Islam pada hakikatnya bukanlah agama namun sekedar apa yang mereka yakini karena dari sejak Nabi Adam alaihisalam sampai kepada Nabi terakhir, Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wasallam , agama hanyalah agama Islam, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tulisan pada http://
Firman Allah ta'ala yang artinya
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam“. (QS Al Baqarah [2]: 132 )
“Dan mereka berkata: “Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk”. Katakanlah : “Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik” (QS Al Baqarah [2]: 139 )
“Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka” (QS Ali Imran [3]: 19)
Para Nabi telah disampaikan bahwa kelak akan diutus Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bagi seluruh manusia sebagai penutup para Nabi
Firman Allah ta'ala yang artinya
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” ( QS Al Baqarah [2]:146 )
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu“. ( QS Ali Imran [3]:81 )
Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw. berkata: ‘Setiap kali Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus seorang nabi, mulai dari Nabi Adam sampai seterusnya, maka kepada nabi-nabi itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menuntut janji setia mereka bahwa jika nanti Rasulallah Subhanahu wa Ta’ala diutus, mereka akan beriman padanya, membelanya dan mengambil janji setia dari kaumnya untuk melakukan hal yang sama’.
Berita kedatangan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam kitab Hindu sebagaimana yang dapat diketahui dari http://
***** awal kutipan *****
Dalam Atharvaveda Book 20 Hymn 127 verses 1-13 dikatakan : “Dia adalah Resi yang naik Onta dan pergi ke surga dengan kendaraan (dalam Islam ada peristiwa Isra Mi’raj dimana nabi Muhammad naik Buroq ke langit). Tidak mungkin itu orang India karena Reshi India (Brahman) tidak boleh naik Onta berdasarkan “Sacred Book of the east”, Volume 25, Law of Manu page 472. Menurut Manu Smirti Bab 11 ayat 202 “Seorang Brahman dilarang menaiki Onta atau Keledai.
Reshi ini bernama “Mamah Resi”. Tak ada Resi di India bernama “Mamah” yang bermakna “punya harga diri yang mulia”. Kata “Mamah” secara etimologis punya hubungan dengan bahasa Arab: “Muhammad” yang berarti “yang terpuji”, sedangkan “Mamah Rishi” adalah julukan bagi NARASHANGSA, sehingga Mamah Rishi = Narashangsa = Muhammad = Yang Terpuji. (STANLEY LANE POOLE, Speeches and Table Talks of the Prophet Mohammed, 1882).
MAMAH terkenal dengan 10.000 pengikutnya” “Nabi Muhammad berangkat bersama dengan 10.000 orang pada saat yang menentukan ini” (WASHINGTON IRVING, Life of Muhammad, Hal. 17). “…dan Muhammad membawa 10.000 pengikutnya ke Mekah” (STANLEY LANE POOLE, Speeches and Table Talks of the Prophet Mohammed, 1882).
Seorang professor bahasa dari ALAHABAD UNIVERSITY INDIA dalam salah satu buku terakhirnya berjudul “KALKY AUTAR” (Petunjuk Yang Maha Agung) yang baru diterbitkan memuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu. Prof. WAID BARKASH (penulis buku) yang masih berstatus pendeta besar kaum Brahmana mengatakan bahwa ia telah menyerahkan hasil kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui kesimpulan dan ajakan yang telah dinyatakan di dalam buku. semua kriteria yang disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri “KALKY AUTAR” sama persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
***** akhir kutipan *****
Berita kedatangan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam kitab Budha sebagaimana yang dapat diketahui dari http://
***** awal kutipan *****
Menurut Chakkavatti Sinhnad Suttanta/ D. III, 76:
Akan muncul di dunia seorang Budha bernama Maitreya (yang baik hati), seorang yang suci dan kuat, yang tercerahkan, penuh kebajikan dalam tingkah laku, tepat, dan mengenal alam semesta"
"Apa yang telah dinyatakannya oleh pengetahuan supernatural miliknya akan di terbitkan ke seluruh alam semesta. Dia akan mengkotbahkan agamanya, mulia dalam keasliannya, mulia pada puncaknya, mulia pada tujuannya, dalam jiwa dan tulisan. Dia akan memproklamasikan kehidupan religius, murni dan sempurna sepenuhnya, seperti saat aku sekarang mengkotbahkan agamaku dan memproklamasikan semacam kehidupan religius. Dia akan membuat masyarakat rahib berjumlah ribuan, seperti saat sekarang aku membentuk masyarakat yang berjumlah ratusan".
Menurut Sacred Books of the East volume 35 pg. 225:
“Aku bukanlah Budha satu-satunya yang berkuasa dalam memerintah dan mengatur. Setelahku ada Budha yang lain, bernama “Maitreya” yang penuh kebajikan akan datang. Aku sekarang hanya memimpin ratusan, sedangkan dia akan memimpin ribuan.
Menurut The Gospel of Buddha by Carus pg. 217 and 218 (From Ceylon sources):
Ananda bertanya kepada yang terberkati : "siapa yang akan mengajar kami setelah engkau pergi?".
"Yang terberkati menjawab : " Aku bukanlah Budha pertama yang datang di atas bumi dan tidak akan menjadi yang terakhir. Pada waktunya seorang Budha akan muncul di dunia, yang suci, yang sangat tercerahkan,, penuh kebajikan dalam laku, tepat, mengenal alam semesta, seorang pemimpin yang tak tertandingi manusia. Dia akan mengungkapkan kepada anda kebenaran abadi yang sama, yang saya ajarkan. Dia akan mengkotbahkan agamanya, mulia sifatnya, mulia pada puncaknya dan mulia pada tujuannya. Dia akan mendeklarasikan suatu kehidupan beragama, sepenuhnya sempurna dan murni sepertisekarang saya nyatakan. Murid-muridnya akan berjumlah ribuan sedangkan muridku hanya ratusan.
Ananda bertanya : "bagaimana kita mengenalnya?"
Yang terberkati menjawab : "dia dikenal sebagai Maitreya".
Kata Sansekerta ‘Maitreya’ atau ekuivalen dalam bahasa Pali “Metteyya” berarti mencintai, penuh kasih, penuh belas kasihan dan murah hati. Hal ini juga berarti kebaikan dan keramahan, simpati, dll Satu kata Arab yang setara dengan semua kata-kata ini adalah ‘Rahmat’. Dalam Surah Al-Anbiya:
Kami tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi semua makhluk (QS 21:107)
Kata ini hampir disebutkan 409 kali di Al-Quran. Huruf “Muhammad” juga dieja sebagai “Mahamet” dan berbagai ejaan lain. Kata “Maho” atau “Maha” dalam bahasa Pali dan Sansekerta berarti Agung dan Mulia, dan “Metta” berarti rahmat. Dan dalam bahasa Arab Sendiri Muhammad berarti “Penuh Kasih”.
***** akhir kutipan *****
Dari Abu Musa al-Asy'ari , berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam , “Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman tanganNya, tidaklah mendengar dari hal aku ini seseorangpun dari umat sekarang ini. Yahudi, dan tidak pula Nasrani, kemudian tidak mereka mau beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam neraka. "
Buya Hamka menjelaskan makna hadits tersebut dalam Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982) , Juz I hal 217-218 sebagai berikut,
“dengan hadits ini jelaslah bahwa kedatangan nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai penutup sekalian Nabi (Khatimil Anbiyaa) membawa Al-Quran sebagai penutup sekalian Wahyu, bahwa kesatuan ummat manusia dengan kesatuan ajaran Allah digenap dan disempurnakan. Dan kedatangan Islam bukanlah sebagai musuh dari Yahudi dan tidak dari Nasrani, melainkan melanjutkan ajaran yang belum selesai. Maka, orang yang mengaku beriman kepada Allah, pasti tidak menolak kedatangan Nabi dan Rasul penutup itu dan tidak pula menolak Wahyu yang dia bawa. Yahudi dan Nasrani sudah sepatutnya terlebih dahulu percaya kepada kerasulan Muhammad apabila keterangan tentang diri beliau telah mereka terima. Dan dengan demikian mereka namanya telah benar-benar menyerah (muslim) kepada Tuhan. Tetapi kalau keterangan telah sampai, namun mereka menolak juga, niscaya nerakalah tempat mereka kelak. Sebab iman mereka kepada Allah tidak sempurna, mereka menolak kebenaran seorang daripada Nabi Allah.”
Orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, orang-orang Shabi’in sebelum kedatangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, jika mereka benar-benar mengikuti apa yang disampaikan oleh para Nabi terdahulu yang diutus pada kaumnya yakni beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh maka mereka akan mendapatkan kebaikan atau masuk surga.
Firman Allah ta'ala seperti yang artinya
Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al Baqarah [2]:62)
Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS Al Maidah [5]:69)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Para nabi diutus kepada kaumnya, sedang aku diutus untuk seluruh manusia“ (HR.Bukhari)
Namun pada kenyataannya orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, orang-orang Shabi’in mereka tidak mengikuti para Nabi yang diutus kepada mereka
Firman Allah ta’ala yang artinya , “Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka..” (QS.Ali Imran [3] : 110)
Mereka mengubah-ubah atau mengingkari apa yang telah disampaikan oleh para Nabi
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada Hari Kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih“. (QS. Al Baqarah [2]:174)
“Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka apa yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka mengatakan: Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran [3]:78)
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS At Taubah [9]:30 )
“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata : “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan) : “Raa’ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : “Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.” (QS An Nisaa’ [4]:46 )
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani”. Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar“. (QS Al Baqarah [2]:111 )
“dan karena ucapan mereka : “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa.” (QS An Nisaa’ [4]: 157)
“Dan orang-orang Yahudi berkata: “Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,” padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya“. (QS Al Baqarah [2]:113 )
Orang-orang shabiin adalah orang-orang yang dahulunya mengikuti para Nabi terdahulu kemudian mereka menyembah para Nabi atau orang-orang sholeh, menyembah api, matahari, bintang, dewa-dewa.
Kitab Veda (Hindu atau Brahmanisme) diduga diambil dari ajaran Nabi Ibrahim a.s atau disebut Abraham atau Brahma yang kemudian mereka menjadikan Brahma (ditengarai Nabi Ibrahim as), Wisnu (ditengarai Nabi Nuh as ), Siwa (ditengarai Nabi Adam as) sebagai dewa-dewa mereka dan Dewi Parwati (ditengarai Hawa)
Kitab Avesta (Zoroaster), Bible (khususnya kitab kejadian) ditengarai diambil dari ajaran Nabi Ibrahim as
Sedangkan kaum Sikh, Budha, Jainisme, Taoisme, Confusius (Kong Hu Chu), Shinto mengambil ajaran-ajaran Nabi terdahulu khususnya dalam etika atau berbuat kebaikan
Pada awalnya kitab-kitab mereka menyampaikan bahwa tiada tuhan selain Allah namun mereka mengubahnya menjadikan tuhan-tuhan selain Allah. Sebagian lagi merubah utusan Allah menjadi penjelmaan atau titisan Tuhan dalam bentuk manusia atau avatar dan lain lain
Contohnya sebagaimana yang dapat diketahui dari http://
***** awal kutipan *****
Konsep Tuhan Dalam agama Zoroaster (Dasatir, Ahura Mazda)
-Dia itu satu
-Dia lebih dekat padamu daripada dirimu sendiri
-Dia diatas segala yang kamu bayangkan
-Dia tanpa awal dan akhir
-Dia tak punya bapak, istri dan anak
-Dia tak berujud
-Tak ada yang menyerupainya
-Tak dapat dilihat dan dipahami dengan pikiran
Dalam agama Hindu juga terdapat konsep Tuhan sebagai berikut (dalam Upanishad, Upanishad = Pengetahuan Brahma (pengetahuan Ibrahim):
1. “Ekam evadvitiyam” (Dia satu satunya tanpa ada duanya) [Chandogya Upanishad 6:2:1]
2. “Na casya kascij janita na cadhipah.” (Tak punya orang tua dan tuan) [Svetasvatara Upanishad 6:9]
3. “Na tasya pratima asti” (Tak ada yang menyerupainya) [Svetasvatara Upanishad 4:19]
4. “Na samdrse tisthati rupam asya, na caksusa pasyati kas canainam.” (Ujud Nya tak dapat dilihat, tak ada yang bisa melihatnya dengan mata) [Svetasvatara Upanishad 4:20]
Vedanta mengandung arti “Upanishad” yang sesungguhnya. “Vedanta” berarti Veda terakhir yang merupakan tujuan Veda. Upanishad sebagai Konklusi (kesimpulan) dari Veda, dan secara kronologis muncul dari masa terakhir periode Veda. Beberapa Pundit (Pendeta) menganggap Upanishad lebih superior dari Veda.
Konsep Tuhan Menurut Veda :
Veda yang berbahasa sansekerta merupakan kumpulan dari : Rig Veda, Yajur Veda, Sam Veda dan Atharva Veda . Diantara Kitab ini Rig Veda merupakan yang tertua. Rig Veda dikompilasi dalam 3 masa yang lama dan berbeda.
Menurut Sarjana Hindhu atau orientalist kisah dalam Veda ada tidak lebih dari 4000 tahun yang lalu. Kepada siapa, dimana dan siapa pembuat Veda tidak diketahui dengan pasti. Dalam artian kitab ini kemungkinan dikumpulkan dari kisah-kisah tua di sekitar Asia tengah atau anak benua India. Kisah-kisah tua yang tertuang dalam ayat-ayat tersebut tidak berada dalam 1 tempat dan jaman yang sama. Saat itu tak ada nama buat kisah-kisah tua dalam ayat-ayat tersebut.
1. “na tasya pratima asti “Tak ada rupa buat Tuhan.” [Yajurveda 32:3]
2. “shudhama poapvidham” “Tuhan tak bertubuh dan suci.” [Yajurveda 40:8]
3. “Andhatama pravishanti ye asambhuti mupaste” “Mereka memasuki kegelapan bagi yang menyembah Elemen Alam (Udara, Air, Api, dll), dan terperosok dalam kegelapan yang besar bagi yang menyembah benda buatan semisal “Kursi, Meja, Patung dll”. [Yajurveda 40:9]
4. The Atharvaveda Book 20, hymn 58 and verse 3: “Dev maha osi” “Tuhan Maha Besar” [Atharvaveda 20:58:3]9**
5. “Na tasya Pratima asti” “Tak ada rupa buat Tuhan.” [Yajurveda 32:3]
6. “Ma cid anyad vi sansata sakhayo ma rishanyata” “Oh saudara, jangan menyembah apapun selain Dia, satu-satunya Tuhan, pujilah dia sendiri.” [Rigveda 8:1:1]
7. “Devasya samituk parishtutih” “Sesungguhnya, kemuliaan Tuhan Pencipta adalah Besar (Tuhan Maha Besar/Akbar) .” [Rigveda 5:1:81]
Agar ayat-ayat tersebut dapat dipelajari oleh generasi seterusnya, maka disusunlah ayat-ayat tersebut secara sistematis ke dalam sebuah buku oleh beberapa pemuka Hindhu. Setelah penyusunan dilakukan, ayat-ayat tersebut dikumpulkan ke dalam sebuah kitab yang kemudian disebut Weda. Dan Veda di klaim sebagai kitab yang paling otentik dalam agama Hindhu. Veda inilah yang kemungkinan merupakan sumber langsung dari Nabi Ibrahim karena dalam Veda terdapat ajaran monoteisme dan Tauhid yang tegas. Yang bertentangan dengan Kitab Hindhu yang lain semisal Upanishad dimana di dalam Upanishad inilah ajaran Pantheisme berada.
***** akhir kutipan *****
Jadi setelah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam diutusNya maka manusia dikatakan beriman kepada Allah jika manusia telah bersyahadat dan mengikuti syariat yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, jika tidak maka mereka akan masuk neraka.
Kesimpulannya, silahkan kaum non muslim melakukan kegiatan berdasarkan apa yang mereka yakini namun amal yang mereka upayakan tidak mendapatkan kebaikan di akhirat kelak
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. (QS Ibrahim [14]:18 )
“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya” (QS An Nuur [24]:39 )
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar