Para Masyayikh al-'Arifun Billah min
Saadaatinaa wa Habaa-ibinaa al-Haadiin al-Muhtadiin RA telah menjelaskan dan
mengamalkan dzikir fida' guna menebus, membebaskan, melepaskan, menyelamatkan
dan mengamankan diri mereka, lebih-lebih keluarga mereka dari siksa api neraka.
Penebusan diri dari api neraka itu
telah ada sejak zaman Baginda Habibillah Rasulillah Muhammad SAW dan berkembang
corak dan ragamnya. Kendati demikian, metode yang secara khusus diamalkan oleh
para Masyayikh al-'Arifun Billah min Saadaatinaa wa Habaa-ibinaa al-Haadiin
al-Muhtadiin RA yang telah masyhur dengan istilah dzikir fida', terbagi menjadi
dua metode:
Dasar dua metode penebusan diri dari
api neraka yang beraneka corak ragamnya itu, kesemuanya telah tersurat dan
tersirat dalam nushush (penjelasan) di bawah ini:
1. Firman Allah SWT [Q.S. al-Taubah:
111]:
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ. [التوبة/111]
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” [Q.S. al-Taubah: 111]
2. Firman Allah SWT [Q.S.
al-Baqarah: 207]:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ. [البقرة/207]
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” [Q.S. al-Baqarah: 207]
3. Firman Allah SWT [Q.S. al-Zumar:
15]:
قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ. [الزمر/15]
“Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat." Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” [Q.S. al-Zumar: 15]
4. Rasulullah SAW bersabda:
الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيزَانَ. وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ تَمْلآنِ - أَوْ تَمْلأُ - مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ
وَالصَّلاَةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ
حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ
فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا. (رواه مسلم)
“Kesucian itu setengah dari iman (yakni segi bathin), Alhamdulillah itu memenuhi timbangan, Subhanallah Wal Hamdulillah itu dapat memenuhi ruang antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya (yang dapat menyinari hati orang mukmin di muka bumi), shadaqah adalah bukti, sabar (dalam beribadah dan meninggalkan maksiat) adalah cahaya yang gilang gumilang (yang dapat menghilangkan segala macam kesempitan). Al-Qur’an adalah pedoman pokok, bermanfaat untukmu atau berbahaya atasmu. Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan dirinya.” [H.R. Muslim]
“Kesucian itu setengah dari iman (yakni segi bathin), Alhamdulillah itu memenuhi timbangan, Subhanallah Wal Hamdulillah itu dapat memenuhi ruang antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya (yang dapat menyinari hati orang mukmin di muka bumi), shadaqah adalah bukti, sabar (dalam beribadah dan meninggalkan maksiat) adalah cahaya yang gilang gumilang (yang dapat menghilangkan segala macam kesempitan). Al-Qur’an adalah pedoman pokok, bermanfaat untukmu atau berbahaya atasmu. Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan dirinya.” [H.R. Muslim]
Dalam komentarnya, Imam al-Nawawi
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW "Semua manusia pergi
di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan
dirinya" adalah setiap manusia berusaha dengan dirinya sendiri, lalu di
antara mereka ada yang menjual dirinya kepada Allah SWT dengan ketaatannya,
sehingga membebaskannya dari siksa. Dan sebagian yang lain menjual dirinya
kepada syaithan dan hawa nafsunya dengan cara patuh kepada keduanya, sehingga
mencelakakannya.
5. Dalam Shahih Bukhari, dari
shahabat Abu Huraiarah RA, beliau berkata: “Rasulullah SAW berdiri ketika Allah
SWT menurunkan ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat. (Q.S. al-Syu’ara: 214)”, beliau bersabda: “Wahai orang-orang Quraisy,
belilah (selamatkanlah) diri kalian (dari siksa), aku tidak kuasa memberi
jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah SWT. Wahai Bani Manaf, aku tidak
kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah SWT. Wahai Abbas bin
Abdul Muthalib, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah
SWT. Wahai Shafiyah bibi utusan Allah, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun
kepadamu terhadap Allah SWT. Wahai Fathimah putri Muhammad SAW, mintalah apa
saja yang engkau inginkan dari hartaku, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun
kepadamu terhadap Allah SWT.” [H.R. Bukhari]
6. Dalam Shahih Muslim, sahabat Abu
Hurairah mengisahkan bahwa ketika turun ayat “Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S. al-Syu’ara: 214)”, Rasulullah SAW
memanggil orang-orang Quraisy, lalu mereka berkumpul. Kemudian Rasulullah SAW
menyampaikan sabda secara umum dan secara khusus, beliau bersabda: “Wahai Bani
Ka’ab bin Lu’ai, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Murrah
bin Ka’ab, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdi Syams,
selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdi Manaf, selamatkanlah
diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Hasyim, selamtkanlah diri kalian dari
api neraka. Wahai Bani Abdil Muthalib, selamatkanlah diri kalian dari api
neraka. Wahai Fathimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Karena
sesungguhnya aku tidak kuasa menjamin apapun kepada Allah untuk kalian. Hanya
saja kalian mempunyai hubungan kerabat, dan aku selalu melestarikannya dengan
menyambung dan mempererat (tali silaturrahim dan memuliakan).” [H.R. Muslim]
Yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW “Sesungguhnya aku tidak berkuasa menjamin apapun kepada Allah untuk kalian” adalah janganlah kalian mengandalkanku karena kalian mempunyai hubungan kerabat denganku, sesungguhnya aku tidak berkuasa untuk menolak kemadlaratan yang dikehendaki oleh Allah SWT kepada kalian.
Yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW “Sesungguhnya aku tidak berkuasa menjamin apapun kepada Allah untuk kalian” adalah janganlah kalian mengandalkanku karena kalian mempunyai hubungan kerabat denganku, sesungguhnya aku tidak berkuasa untuk menolak kemadlaratan yang dikehendaki oleh Allah SWT kepada kalian.
7. Diriwayatkan dari Sayidina
Abdullah bin Abbas RA, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa
yang tiap pagi membaca “Subhanallahi wabihamdihi” seribu kali, maka sungguh ia telah
membeli dirinya dari Allah SWT dan ia di akhir hidupnya menjadi orang yang
dimerdekakan oleh Allah SWT.” [H.R. al-Thabrani dalam kitabnya Mu’jam
al-Ausath]
Dalam sebagian atsar diriwayatkan
bahwa barang siapa mengucapkan Laailaha Illallah tujuh puluh ribu kali, maka
hal itu akan menjadi tebusan dirinya dari api neraka. Sayiduna al-Syaikh
Muhammad bin Abu Bakar al-Syili Ba’alawi RA berkata: “Ayahku mengumpulkan
jamaah, mereka membaca tasbih seribu kali, kemudian menghadiahkannya kepada
sebagian orang-orang yang telah meninggal, membaca Lailaaha Illallah seribu
kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebagian orang-orang yang telah
meninggal. Penduduk Tarim (Yaman) sangat memperhatikan dan antusias dalam hal
ini. Mereka berpesan kepada sebagian yang lain dengan menggunakan harta untuk
hal (penebusan) itu. Ayahku adalah orang yang mendorong dan pendiri/pelaksana
kegiatan ini. Demikian inilah apa yang dikerjakan oleh kaum sufi dan
turun-temurun dari zaman dahulu hingga sekarang. Sebagian dari mereka berpesan
agar menjaga dan melestarikannya. Mereka menuturkan bahwa dengan hal itu Allah
SWT memerdekakan hamba yang dihadiahi itu sebagaimana tercantum dalam hadits.”
Al-Imam Abu al-Farj Abdurrahman bin
Ahmad bin Rajab al-Hanbali menuturkan bahwa sekelompok ulama salaf membeli
dirinya dari Allah SWT dengan harta mereka. Di antara dari mereka membelinya
dengan menyedekahkan semua hartanya, seperti Habib bin Abi Muhammad. Ada yang
menyedekahkan dengan timbangan peraknya sebanyak tiga atau empat kali, seperti
Khalid bin al-Thahawi. Dan juga ada yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan
amal kebaikan dan mengatakan: “Aku hanyalah seorang tawanan yang berusaha untuk
bebas.”, seperti ‘Amr bin ‘Uthbah. Sebagian dari mereka membaca tasbih sebanyak
dua belas ribu kali setiap hari sesuai dendanya, seolah-olah ia telah membunuh
dirinya sendiri, sehingga untuk membebaskan (hukumannya) ia harus membayar
dendanya.
Syeikh Abu al-Abbas Ahmad
al-Qasthalani RA berkata: “Aku mendengar Syaikh Abu Abdillah al-Qarsyi berkata:
“Aku mendengar Abu Yazid al-Qurthubi RA berkata dalam sebagian atsar: “Barang
siapa yang mengucapkan Laailaha Illallah tujuh puluh ribu kali, maka hal itu
menjadi tebusannya dari api neraka. Maka aku mengamalkan hal itu karena
mengharap berkah janji itu. Lalu aku mengerjakannya dan sebagiannya
kupersembahkan untuk keluargaku. Aku mengerjakan beberapa amal untuk simpanan
diriku sendiri (di hari kiamat). Pada waktu itu ada seorang pemuda yang
bermalam bersama kami, pemuda itu dianugerahi ilmu kasyaf, mampu melihat surga
dan neraka. Para jamaah memang menilai pemuda itu sebagai orang yang mempunyai
keutamaan walaupun usianya masih muda. Di dalam hatiku terbesit sesuatu tentang
pemuda itu. Kemudian sebagian ikhwan sepakat untuk mengundang dan mengajak kami
ke rumah pemuda itu. Kami menyantap makanan dan pemuda itu bersama kami.
Tiba-tiba pemuda itu berteriak yang menimbulkan asumsi tidak baik. Pemuda itu
berkata: “Wahai paman, ini adalah ibuku sekarang berada di neraka.” Pemuda itu
berteriak dengan teriakan yang sangat keras. Siapapun yang mendengarnya pasti
akan mengerti kalau pemuda itu tertimpa masalah yang sangat besar. Setelah aku
melihat kepanikan dan kesedihannya, maka aku berkata: “Hari ini aku akan
mencoba untuk bersedekah kepadanya. Lalu Allah SWT memberi ilham kepadaku untuk
membacakan Lailaaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu kali dan hanya Allah
sajalah yang mengetahui hal itu. Aku berkata dalam hatiku: “Atsar ini pasti
benar dan orang-orang yang meriwayatkan kepadaku adalah orang-orang yang jujur.
Ya Allah, Laailaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu ini adalah sebagai
tebusan bagi ibu pemuda ini.” Belum selesai hatiku berkata seperti itu,
tiba-tiba pemuda itu berkata: “Wahai paman, ibuku ini telah dikeluarkan dari
neraka.”
Segala puji bagi Allah. Dengan peristiwa
itu aku memperoleh dua faidah. Pertama, menguji kebenaran atsar. Kedua, dapat
menyelamatkan pemuda itu dan mengetahui kejujurannya.”
Syakhul Akbar Muhyiddin bin al-Arabi pernah berwasiat untuk menjaga dan mengerjakan amalan yang dapat membebaskan seorang hamba dari api neraka, yakni dengan membaca Laailaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu kali. Karena dengan bacaan sebanyak itu sesungguhnya Allah SWT akan membabaskan seorang hamba dari api neraka atau membebaskan orang yang dihadiahi bacaan itu.
Syakhul Akbar Muhyiddin bin al-Arabi pernah berwasiat untuk menjaga dan mengerjakan amalan yang dapat membebaskan seorang hamba dari api neraka, yakni dengan membaca Laailaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu kali. Karena dengan bacaan sebanyak itu sesungguhnya Allah SWT akan membabaskan seorang hamba dari api neraka atau membebaskan orang yang dihadiahi bacaan itu.
Syaikh Muhammad Nawawi bin ‘Amr
al-Jawi RA berkata: “Bacaan Laailaha Illallah sebanyak ini (tujuh puluh ribu
kali) disebut ataqat al-sughra (pembebasan kecil), sebagaimana halnya surat
al-Ikhlash ketika dibaca sampai seratus ribu kali disebut ataqat al-kubra
(pembebasab besar), walaupun hal itu dilakukan pada jarak beberapa tahun,
karena tidak disyaratkan untuk berturut-turut.
والله أعلم بالصواب وإليه المرجع والمآب . وصلى الله على سيدنا وحبيبنا وقرة أعيننا ومولانا محمد صلى الله عليه وآله وسلم وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا الى يوم الدين , والحمد لله ربّ العالمين .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar