Meresahkan, Warga Blora Tolak MTA
Kami hanya ingin pengajian dibubarkan saat ini juga, kami
yang punya tempat harusnya meminta izin terlebih dahulu,” ungkap Sarno (53)
salah seorang warga.
Ratusan warga Kamolan, Blora, Jawa Tengah, terlibat
kericuhan dengan jamaah Majelis Tafsir Alquran (MTA). Kericuhan dipicu
penolakan warga terhadap pengajian yang akan dilangsungkan jamaah MTA, Sabtu
(14/7/2012), karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama Islam yang
diyakini warga.
Sementara mayoritas warga Desa Kamolan menilai bahwa ajaran MTA tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, sebagaimana yang diyakini warga. Penolakan warga Desa Kamolan, didasari ketidaksepahaman mereka terhadap ajaran MTA yang tidak membenarkan adanya tahlil dan ziarah kubur. Warga setempat yang sudah kental dengan tradisi tahlil dan ziarah kubur menganggap ajaran MTA sesat.
Menurut salah seorang warga Blora, Edi Wotoyo. Sebenarnya
jama’ah MTA telah diperingatkan oleh sejumlah warga agar tidak melaksanakan
pengajian tersebut. Namun mereka tetap ngotot menyelenggarakan pengajian
tersebut. Tepatnya di kawasan lapangan Desa Kamolan, Blora.
Karena ngotot tetap menyelengarakan pengajian tersebut,
warga marah besar. Sejumlah warga menggeruduk kerumunan jama’ah MTA di lokasi
kejadian. Ratusan jamaah MTA langsung dihadang ratusan warga Kamolan, Blora,
Jawa Tengah, setibanya di Desa Kamolan. Warga menolak kedatangan jemaah MTA
yang rencananya akan mengikuti pengajian akbar di desa tersebut Namun para
jamaah MTA tetap memaksa masuk ke lokasi pengajian di lapangan desa setempat.
Rencana Majelis Tafsir Alquran (MTA) menggelar pengajian
akbar di Desa Kamolan, Kecamatan Blora, Blora, Sabtu (14/7/2012) akhirnya gagal
digelar. Pasalnya puluhan warga desa setempat dan sekitar menolak pelaksanaan
pengajian tersebut.
Panitia Pengajian memang mengerahkan ratusan satgasnya untuk
berjaga-jaga di sekitar lokasi, dengan membuat barikade barisan melingkari
lokasi pengajian, sementara ribuan warga terus berteriak dan merangsek ke
depan.
“Kami hanya ingin pengajian dibubarkan saat ini juga, kami
yang punya tempat harusnya meminta izin terlebih dahulu,” ungkap Sarno (53)
salah seorang warga.
Melihat kejadian itu Aparat dan panitia akhirnya menarik
seluruh panitia dengan mobil polisi. Baru kemudian aksi warga mulai mereda,
karena panitia pengajian MTA sudah meninggalkan lokasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar